Minggu, 29 Agustus 2010

Yang Datang untuk Pulang..

Siapa yang bisa memaksa Tuhan atau mendikte-NYA dalam merumuskan keputusan dan alur hidup hamba-NYA? Tiada seorangpun, bahkan juga Rasulullah Muhammad. DIA Maha Berkehendak dan Mahapandai menyusun skenario hidup hamba-NYA. Lahirnya, rizkinya, jodohnya juga matinya..

Siapa juga yang bisa mengelak dari skenario hidup yang telah ditetapkan-NYA untuk hamba-NYA? Jeritan tangis yang menyayat dengan derai-derai air mata yang tak terbendung, kata-kata yang mendetak yang begitu mengharukan, juga rangkaian do’a-do’a yang panjang tak mampu juga menggeser skenario itu. Seperti do’a dan air mata Rasulullah saw. tak mampu juga menggeser jalan hidup paman tercintanya Abu Thalib yang tetap berada pada jalan kekafiran.

Lalu, adakah sikap yang lebih baik daripada pasrah dan berserah diri dengan semua keputusan itu? Adakah sikap yang lebih bijaksana daripada ridha dan rela dengan keputusan-keputusan Tuhan untuk hamba-NYA, sepahit apapun keputusan itu? Yah memang itu sikap yang terbaik, tapi memang, manusia harus MENYUSUN TENAGA dan KEKUATAN HEBAT untuk menghadapinya, karena itu bukanlah hal mudah. Tapi, itulah salah satu nilai yang akan diberikan Allah sebagai balasan dari kepayahan dan kerja keras hamba-NYA mempersiapkan diri dengan keikhlasan itu.

Siang itu, 26 Agustus 2010 datang sebuah kabar dari keluarga seseorang yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya sengan setia pada keluargaku, seseorang yang berjasa besar dalam perjalanan pendidikanku, beliau mendapat musibah dengan kehilangan putri tercintanya. Sungguh kabar itu menjadi halilintar yang menggetarkan gendang telingaku juga keluargaku. Bagaimana tidak anak mungil itu sudah seperti keponakanku sendiri. Dan baru 2 minggu yang lalu ia pergi bersama keluargaku. Tiada terbayang di benakku, anak mungil itu terbaring di tengah-tengah rumah, dikelilingi semua keluarga dengan isak tangis yang tak bisa tertahankan. Tiada terbayang dibenakku bagaimana kondisi ibunya, seseorang yang telah mengandung dan berjuang dalam proses kelahirannya. Sang Bunda tiada lagi bisa merasakan pelukan hangat sang buah hati, bermain-main dan mencurahkan segala kasih sayangnya. Masa-masa itu terbayang begitu berat. Sungguh ingin sekali aku terbang dan pergi melihatnya untuk yang terakhir kalinya. Tapi sayang Bandung-Yogyakarta memang terpisah dengan jarak yang jauh. Ingat sekali saat dulu menyaksikan kepolosan dengan senyum lepasnya. Tapi sungguh, aku yakin bahwa Allah adalah sebaik-baik tempat kembali, dan disana anak mungil itu akan merasakan dengan nyata kasih sayang-NYA.

Banyak linangan air mata melepas kepergiannya, juga do’a-do’a yang terlantun dari hati untuk mengantarkannya menghadap Illahi. Perjalanannya di dunia tak begitu panjang. Dan sekarang ia akan sampai pada sisi Allah dengan selamat. Amin.

Dan semoga anak mungil itu bisa menjadi penolong orang tuanya di hari kiamat nanti.
Menurut Hadits Qudsi:
Allah SWT berfirman pada hari kiamat kepada anak-anak (yakni yang meninggal dunia selagi kanak-kanak atau keguguran):
"Masuklah kalian ke dalam surga!"
Anak-anak itu berkata: "Ya Rabbi (kami menunggu) hingga ayah ibu kami masuk."
Lalu mereka mendekati pintu syurga! tapi tidak mau masuk ke dalamnya.
Allah berfirman lagi: "Mengapa, Aku lihat mereka enggan masuk? Masuklah kalian kedalam surga!"
Mereka menjawab: "Tetapi (bagaimana) orang tua kami?"
Allah pun berfirman: "Masuklah kalian ke dalam syurga bersama orang tua kalian."
(Hadits Qudsi Riwayat Ahmad dari Syurahbil bin Syua�ah yang bersumber dari sahabat Nabi SAW)


Selamat jalan adik kecilku “Medina Salsabila Triatmoko”. Insya Allah engkau akan putih suci dan akan tetap semerbak sampai terminal akhirmu. Menghadap Allah dan memenuhi panggilan-NYA. Sebening cinta dan setulus do’a akan tetap tersemat dibatin kami terutama orang tuamu, meski engkau datang di tengah-tengah kami untuk pulang menghadap Illahi.

[Catatan seorang Ukhti..]

0 komentar:

Posting Komentar

Daisypath - Personal pictureDaisypath Happy Birthday tickers